DAKWAH
UNTUK PERUBAHAN SOSIAL
Makalah
Guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu : Bpk.Ahmad
Faqih S.Ag. M.Si
Disusun
Oleh :
Khoiruddin
Muhammad
Ainunnajib
Nafisah
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB I PENDAHULUAN
Semua
orang menyangka dan sepakat bahwa
kehidupan sosial tidak statis dan selalu dinamis. Tetapi tidak semua orang yang
mengartikan sama dalam mengartikan perubahan sosial. Perubahan sosial di anggap
sebagai sebuah fenomena dan menjadi problematika sampai sekarang ini.
Perubahan
sosial yang dituju dalam aktifitas dakwah adalah perubahan yang terencana (planned changed), dakwah gerakan sosial
yang berhasil mereformasi masyarakat adalah dakwah Rosulullah. Secara garis
besar dakwah Rosul mencakup berbagai aspek diantaranya Sosio Religius berupa
pemantapan akidah umat dimulai dengan pembangunan masjid, Sosio Politik, Sosio
Ekonomi dengan perintah zakat dan pelarangan riba serta mendorong etos kerja.
Perubahan
di abad modern ini dirasa akan lebih sulit, karena perubahan dibanyak aspek,
baik teknologi maupun tekstur masyarakat modern sekarang ini, maka di perlukan
kematangan rencana dan metode yang sistematis.
BAB II LATAR BELAKANG
Dunia
dakwah mengalami tantangan yang semakin berat terutama sejak berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya masalah kemasyarakatan yang
dihadapi oleh manusia. Disisi lain, perkembangan media komunikasi yang semakin
modern tampaknya akan sangat membantu aktivitas dakwah Islam. Peluang dakwah
Islam akan semakin terbuka lebar ketika para da’i (juru dakwah) mampu
memanfaatkan media massa dengan meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif dari media yang ada.
Diperlukan
sebuah strategi baru oleh para da’i, terutama dalam metode serta pemanfaatan
media massa dan teknologi komunikasi dalam aktivitas dakwah tersebut.Dalam
proses komunikasi, pesan dakwah harus dikemas secara menarik sebab media adalah
pesan. Maksudnya adalah kemasan atau media lebih penting dari pada isi pesan
yang akan disampaikan. Hal ini tentu berlaku pula dalam aktivitas dakwah yang
juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Media yang digunakan da’i (juru
dakwah) akan sangat berpengaruh terhadap proses penyampaian pesan dakwah kepada
mad’u (objek dakwah).Apabila media yang digunakan tepat, pesan dakwah pun akan
mudah diterima oleh mad’u sehingga tujuandakwah dapat tercapai.
Banyak
ahli yang memberikan batasan perubahan sosial sesuai dengan sudut pandang
masing-masing.Pada intinya, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
dalam struktur dan proses masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem sosial.
Manusia merupakan makhluk biopsikososial yang
terdiri dari aspek biologis (tubuh), psikis (kejiwaan), dan lingkungan sosial. Oleh
karena itu, pemenuhan aspek fisik saja dianggap tidak mencukupi kebutuhan
manusia. Pembangunan ekonomi yang berjalan selama ini pada kenyataannya lebih
terfokus pada pembangunan fisik seperti pertumbuhan GNP dan pembangunan gedung-gedung,
sementara pemerataan hasil pembangunan dan penjagaan lingkungan
kurang diperhatikan, sehingga proses pembangunan justru menciptakan jarak
semakin lebar antara yang kaya dan miskin, serta mengancam keberlangungan
lingkungan.
BAB
III PERMASALAHAN
A.
Bagaimanakah
peran dakwah untuk perubahan sosial?
B.
Bagaimanakah
dampak sosial yang di hasilkan ?
BAB IV TUJUAN
Observasi
lapangan ini bertujuan untuk:
A.
Mengetahui sejarah dakwah sebagai
perubahan sosial di dukuh Polaman
B.
Mengetahui Kondisi masyarakat di dukuh Polaman
C.
Mengetahui kegiatan-kegiatan dakwah yang
di lakukan di dukuh Polaman
D.
Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Sosiologi Dakwah.
BAB
V LANDASAN TEORI
A.
Prinsip
Dasar Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan
dari gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat; dimulai dari yang bersifat
individual hingga yang lebih kompleks. Perubahan sosial juga dapat dilihat dari
segi gejala-gejala terganggunya kesinambungan diantara kesatuan sosial,
walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi,
nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi
antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.
Adanya pengenalan teknologi, cara mencari nafkah,
migrasi, invensi (penerapan), pengenalan ide baru dan munculnya nilai-nilai
sosial baru untuk melengkapi ataupun menggantikan nilai sosial yang lama,
merupakan beberapa contoh perubahan sosial dalam aspek kehidupan. Dengan
demikian, perubahan sosial merupakan suatu perubahan menuju keadaan baru yang berbeda
dari keadaan sebelumnya.
Agar lebih memahami tentang perubahan sosial, beberapa
pengertian dari sosiolog di bawah ini dapat Anda jadikan sebagai batasannya.
Moore memasukkan ke dalam
definisi perubahan sosial berbagai ekspresi mengenai struktur seperti norma,
nilai dan fenomena kultural.
William F. Ogburn,
mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
material maupun immaterial, yang ditekankan pada pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Kingsley Davis,
mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh
dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan
antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan
dalam organisasi ekonomi dan politik.
Mac Iver,
mengartikan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
GilIin & Gillin,
mengartikan perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya ditusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Selo Soemardjan,
merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Konsep Islam dalam perubahan sosial itu
ada. Bahkan Allah pun menyuruh masyarakat untuk berubah, kalau tidak mau
berubah biar Allah saja yang mengubahnya. Akan tetapi, ada beberapa jenis
masyarakat muslim yang mau melakukan perubahan sosial karena mereka ingin
menjadikan Islam itu agama yang fleksibel. Tapi bukan dalam hal yang prinsip.
Namun ada juga masyarakat Islam yang begitu mereka melakukan perubahan sosial,
prinsip-prinsip yang telah Allah gariskan telah hilang dalam perubahan mereka.
Artinya Islam sudah menjadi agama kenangan. Akan tetapi ada juga masyarakat Islam
yang sama sekali tidak ingin melakukan perubahan. Akhirnya mereka terjebak pada
satu agama yang statik/ tidak berubah. Mereka menjadi terbelakang.
B.
Peran
Dakwah Bagi Perubahan Sosial
Perubahan sosial memang harus menjadi sasaran utama dari dakwah.
Sebelumnya dakwah tidak bisa dilepaskan dari adanya proses komunikasi, karena
dakwah, komunikasi dan perubahan sosial harus selalu sinergis satu dengan yang
lainnya. Dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-target
yang diinginkan yaitu terciptanya perubahan masyarakat yang memiliki nilai di
berbagai bidang kehidupan. Dakwah sebagai proses perubahan sosial berperan
dalam upaya perubahan nilai dalam masyarakat yang sesuai dengan tujuan dakwah Islam.
Dakwah Islam (da’i) sebagai agent
of change memberikan dasar filosofi “eksistensi diri” dalam dimensi
individual, keluarga dan sosio-kultural sehingga muslin memiliki kesiapan untuk
berinteraksi dan menafsirkan kenyataan-kenyaan yang dihadapi secara mendasar
dan menyeluruh menurut agama Islam. Jadi Islam yang telah internalized menjadi paradigma untuk memberi strukttur dan makna
terhadap realitas ssial dan fisik serta menjadi kerangka dasar pemecahan
masalah. Oleh karena perubahan sosial menuju ke arah tertentu maka dakwah Islam
berfungsi memberikan arah dan corak ideal tatanan masyarakat baru yang akan
mendatang. Aktualisasi dakwah berarti upaya penataan masyarakat terus-menerus
ditengah-tengah dinamika perubahan sosial sehingga tidak ada satu sudut
kehidupanpun yang lepas dari perhatian dan pengharapannya. Dengan demikian
dakwah Islam senantiasa harus bergumul dengan kenyataan baru yang
permunculannya kadangkala sulit diperhitungkan sebelumnya.
C.
Pola
Perubahan Sosial dari Dakwah
Perubahan sosial dapat terjadi dalam segala bidang yang
wujudnya dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Berikut ini Soekanto
mengemukakan beberapa bentuk perubahan sosial, yaitu:
1.
Perubahan
yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat. Apabila
perubahan terjadi secara lambat, maka akan mengalami rentetan
perubahan-perubahan yang saling berhubungan dalam jangka waktu yang cukup lama, perkembangan perubahan ini termasuk ke dalam
evolusi. Perubahan secara evolusi ini dapat diamati berdasarkan batas waktu
yang lalu sebagai patokan atau tahap awal sampai masa sekarang yang sedang
berjalan. Sedangkan penentuan kapan perubahan itu terjadi, tergantung pada kita
sendiri menentukan tahap awal atau patokan waktu tertentu. Perubahan sosial
yang terjadi secara cepat mengubah dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, umumnya disebut revolusi. Seperti yang terjadi di Eropa yaitu
revolusi industri yang menyebabkan perubahan besar-besaran dalam proses
prosuksi barang-barang industri. Akibatnya mengubah sendi-sendi kehidupan.
Seperti juga isi Proklamsi 17 Agustus 1945 merupakan perubahan yang mendasar
mengenai pernyataan kemerdekaan Indonesia.
2.
Perubahan
yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan yang
pengaruhnya kecil adalah perubahan yang mempengaruhi unsur-unsur kehidupan
masyarakat. Akan tetapi perubahan ini dianggap tidak memiliki arti yang penting
dalam struktur. Seperti perubahan mode pakaian. Perubahan yang pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat
mempengaruhi lembaga-lembaga masyarakat, misalnya perubahan jam kerja bagi
pegawai negeri sipil yaitu dari jam 08.00 sampai jam 16.00 dan hari Sabtu
merupakan hari libur. Perubahan membawa pengaruh terhadap pendidikan keluarga
di rumah apalagi bagi suami istri yang bekerja, maka pendidikan anak diserahkan
pada orang lain.
3.
Perubahan
yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki. Perubahan yang
dikehendaki merupakan perubahan yang memang telah direncanakan sebelumnya
terutama oleh pihak yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijaksanaan.
Misalnya penerapan program Keluarga Berencana untuk membentuk keluarga kecil
yang sejahtera. Selain itu, di samping menurunkan angka pertumbuhan penduduk. Perubahan yang
tidak dikehendaki umumnya beriringan dengan perubahan yang dikehendaki.
Misalnya adanya pembuatan jalan baru yang melalui suatu desa maka sumber alam
desa akan mudah dipasarkan ke kota, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk
desa menjadi terangkat. Tetapi lancarnya hubungan desa dengan kota menyebabkan
mudahnya penduduk desa melakukan urbanisasi dan masuknya budaya kota terutama
yang bersifat negatif, seperti mode yang dipaksakan, minuman keras. VCD porno, dan keinginan penduduk desa
untuk memiliki barang-barang yang besifat konsumtif bertambah besar, dll.
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan
masyarakat atau perubahan menjadi kemajuan/kemunduran masyarakat, tergantung
keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan. Berdasarkan hal itu,
maka perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut.
a.
Perubahan
dalam arti kemajuan (progress) atau
menguntungkan, dan
b.
Perubahan
dalam arti kemunduran (regress) yaitu
yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Secara garis
besar, ada dua pola pengertian yang selama ini hidup dalam pemikiran dakwah,
Pertama, bahwa dakwah diberi pengertian tabligh/penyiaran/penerangan agama.
Kedua, bahwa dakwah diberi pengertian semua usaha untuk merealisir ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan agama.
D. Dampak
Perubahan Sosial dari Dakwah
Dampak Perubahan Sosial diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Integrasi
sosial
Dalam perubahan sosial
di masyarakat, perlu diikuti adanya penyesuaian baik unsur masyarakat maupun
unsur baru. Hal demikian sering disebut sebagai integrasi sosial. Unsur yang
saling berbeda dapat saling menyesuaikan diri. Indonesia yang terdiri dari
beranekaragam suku bangsa dan budayanya, diharapkan semua unsur/ komponen
bangsa dapat menyesuaikan diri. Oleh karena itu akan terciptakan integrasi
sosial atau integrasi nasional Indonesia.
2. Disintegrasi
social
Disintegrasi sering
diartikan sebagai proses terpecahnya suatu kesatuan menjadi bagian-bagian kecil
yang trpisah satu sama lain. Sedangkan disintegrasi sosial adalah proses
terpecahnya suatu kelompok sosial menjadi beberapa unit sosial yang terpisah
satu sama lain. Proses ini terjadi akibat hilangnya ikatan kolektif yang
mempersatukan anggota kelompok satu sama lain.
Perubahan sosial
sering ditandai dengan perubahan unsur kebudayaan, tanpa diimbangi perubahan
unsur kebudayaan yang lain yang saling terkait. Biasanya unsur yang cepat
berubah adalah kebudayaan kebendaan bila dibandingkan dengan kebudayaan
rokhani.
Dalam hal ini
dapat dikemukakan beberapa bentuk :
a. Anomie
Anomie adalah keadaan kritis dalam masyarakat akibat perubahan sosial dimana
norma/ nilai lama memudar, namun norma/ nilai baru yang akan menggantikan belum
terbentuk. Dengan demikian dalam kehidupan masyarakat sekolah-olah tidak ada
norma atau nilai
b.
Cultural
lag
Menurut William F.
Ogburn dikemukakan sebagai perbedaan taraf kemajuan antara berbagai bagian
dalam kebudayaan, atau ketertinggalan antara unsur kebudayaan material dengan
non material.
c.
Mestizo
culture
Mestizo
culture atau kebudayaan campuran merupakan proses
percampuran unsur kebudayaan yang satu dengan unsur kebudayaan lain yang
memiliki warna dan sifat yang berbeda. Hal ini bercirikan sifat formalimse,
yaitu hanya dapat meniru bentuknya, tetapi tidak mengerti akan arti
sesungguhnya. Keadaan ini ditandai dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat
serta terjadinya demonstrasi efek (pamer kekayaan) yang makin besar dengan
adanya iklan. Kondisi demikian dapat menimbulkan disintegrasi sosial.
Aktualisasi sistem dakwah disertai dengan serangkaian masalah yang kompleks.
Pertama, ketika dakwah Islam diccanangkan dalam masyarakat yang belum Islam
oesan Islam oleh masyarakat setempat dipandang asing/pendatang. Penerimaan
terhadap pesan dakwah dibarengi dengan sikap kritis berupa penilaian : apakah
Islam “sejalan dengan apa yang elah dimiliki atau bahkan bertentangan secara
diametral. Disini dakwah dihadapkan dengan pilihhan yang kadangkala dapat
mengaburkan pesan itu sendiri. Sinkritisme baik dalam bentuk lama maupun yang
baru menyangkut kebijaksanaan da’i dalam mengatasi pilihan ini.
Kedua, bahwa pemilikan Islam sebagai hasil kegiatan
dakwah berjalan secara lambat atau secara cepat. Ketika Islam mulai dipeluk dan
kenyataan sosial baru menampakkan diri, penghayatan terhadap aaran Islam oleh
para pemelukmua mulai mendapat tantangan baruyaitu adanya keterbatasan untuk
menangkap dan kemampuan memberikan kerangka terhadap kenyataan baru berdasarkan
ajaran Islam dapat melahirkan sikap atau anggapan bahwa Islam tidak memiliki
relevansi dengan kenyataan. Disini dakwah Islam dihadapkan dengan kemampuan
menterjemahkan kembali ajaran Islam agar tetap memiliki kesinambungan dengan
kenyataan baru.
Ketiga, ketika perubaan sosio-kultural semakn kompleks
menyebabkan masalah kemanusiaan semakin meluas, dakwah Islam dihadapkan dengan
keharusan memberikan jawaban yang elas menyangkut kepentingan manusia dalam
berbagai segi kehidupan. Penataan lembaga dakwah dimulai kembali, perumusan
pesan ditinjau kembali, penanganan masalah secara kongkrit harus dikedepankan,
secara keseluruhan sistem dakwah harus ditinjau kembali baik efektivitas,
efisiensi maupun jangkauan penanganan masalah yang dihadapi. Karena tanpaupaya
yang berkesinambungan dalam pemikiran sistem dakwah, Islam semakin tidak
mnegakar dalam sistem sosial-budaya.
BAB
VI DATA DAN ANALISIS
A.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Observasi lapangan untuk salah satu tugas kelompok
mata kuliah ‘Sosiologi Dakwah’ ini bertempat di Dukuh Polaman, Desa Jati
Pecaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.
Adapun waktu pelaksanaa observasi lapangan ini pada
hari Sabtu, 5 April 2013 mulai pukul 14.00-17.00 WIB(observasi pertama).
Kemudian kami lanjutkan pada hari sabtu,25 mei 2013 pukul 13.15-16.39 WIB
B. Profil
Daerah
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung yang
dilakukan oleh kelmpok tujuh pada Ustad Hadi selaku kepala sekolah Madrasah
Diniyah Miftahul Huda dan Pak kohar(ketua RT), serta slamet dan udin warga
setempat dukuh Polaman ini, didapatkan data-data sebagai berikut.
1. Letak
Geografis
Kampung Polaman ini terletak di ujung
desa Jati Pecaron, kecamatan Gubug,
Kabupaten Grobogan berada dipinggiran sungai kecil dengan luas daerah 1500 Meter
persegi. Daerah ini dikenal dengan daerah penziarahan dikarenakan terdapat
makam-makam para wali, banyak para penziarah yang berasal dari daerah-daerah
diluar dukuh Polaman.
Dukuh Polaman terdiri dari dua RT dan satu RW, juga secara tidak langsung dipimpin
oleh sesepuh adat yang merangkap sebagai Kiai. Di dukuh Polaman ini terdapat
satu majid sebagai sentral peribadatan yang dipimpin oleh satu ustadz. Dan
terdapat madrasah Diniyah yang berada tepat dihalaman Masjid.
2. Sejarah
Daerah
Menurut
Ustad Hadi selaku pempinan madrasah diniyah Miftahul huda dan pak khohar(ketua
RT), dukuh Polaman ini dibentuk oleh satu waliyullah yang bernama simbah Munadi
pada zaman penjajahan belanda. Menurut sebagian masyarakat, dukuh Polaman ini
bermula dari cerita simbah Munadi yang pada saat itu sedang dikejar-kejar oleh
pasukan belanda, konon pada saat itu beliau bertemu oleh seorang petani, lalu petani
itu berkata “mlebuo neng kasak iki( mauklah dalam kantong ini)” lalu dengan
kekuasaan Allah masuklah beliau dalam kantong baju milik petani tersebuh hingga
beliaupun terhindar dari kejaran pasukan belanda, karena pertolongan Allah
lewat seorang petani tersebut maka beliaupun merasa berada dipuncak rasa aman
(pol.pole aman) lalu beliau hidup dikampung tersebut dan menamainya kampu ng Polaman.
3. Keadaan
masyarakat
Menurut
pak khohar selaku ketua RT di dukuh polaman mayoritas masyarakat di dukuh ini
adalah petani yang bekerja diladang sendiri, namun ada juga yang berprofesi
sebagai buruh tani dalam arti menggarap sawah orang lain. Ada juga yang
berprofesi sebagai buruh srabutan dan ada juga yang berprofesi PNS serta mandor
bangunan.
Dalam
keseharian yang bekerja dari pagi adalah kaum laki-laki. Sang istri tak jarang
membantu disawah. Untuk anak-anak mayoritas berpendidikan namun ada juga yang
berhenti sekolah karna berbagai alas an.
C. Analisis
A.
Pelaku Dakwah
Secara teoritis, pelaku dakwah adalah orang yang berkeinginan
menyebarluaskan dan memperkuat syariat islam, mengerti tentang syariat dan
hukum-hukum islam dan paham terhadap ilmu dakwah, umumnya pelaku dakwah disebut
da’i.
Dewasa ini, seorang da’I tidak hanya berkencimpung
dalam menjelaskan syariat-sayariat islam dan segala hal mengenai peribadatan
saja, tetapi membahas juga hal-hal yang berhubungan dengan masaalah sosial
secara umum.
Di dukuh Polaman terdapat masjid sekaligus madrasah
diniyah yang menjadi sentral peribadatan masyarakat muslim di dukuh Polaman, di
situ terdapat seorang ustad yang bernama ust. Hadi sebagai pelaku salah satu
pelaku dakwah di dukuh Polaman ini.
Dikarenakan dukuh Polaman merupakan lokasi
penziarahan, kegiatan dakwah
tidak hanya dilakukan oleh para sesepuh
atau Kiai saja,tetapi juga dilakukan oleh kuncen-kuncen makam dan pemerintahan
setempat. Kuncen penziarahan menekankan kepada para penziarah (pengunjung)
untuk tidak melakukan praktek perdukunan dan memberi penjelasan agar kedetangan
pengunjumg ketempat ini hanya untuk berziarah saja, bukan untuk meminta hal-hal
yang tidak jelas kepada makam tersebut.
B.
Topik Kegiatan Dakwah
Topik
dakwah di dukuh Polaman lebih terfokus kepada hal-hal yang bersangkutan dengan
peribadatan dan pendidikan. Seperti dilakukannya pendidikan diniayah yang
dilakukan oleh anak-anak dan remaja yang dilakukan pada saat setelah dzuhur sekitar
jam 2 sampai ashar dengan pengkajian Al-quran dan kitab-kitab, shalawatan. Lalu
dilanjutkan oleh pengajian yang dilakukan oleh ibu-ibu pada waktu sesudah ashar
dan selesai sebelum magrib.Dan pengajiannyapun serupa dengan pengkajian
anak-anak tetapi dalam porsi dan materi yang berbeda. Dan untuk pengajian
bapak-bapak dilakukan setelah magrib dan selesai sampai sesudah isya.Namun
pengajian yang dilakukan tidak mempunyai minat yang antusias dibandingkan
dengan pendidikan diniyah.
Dalam pendidikan diniyah teknik yang di gunakan, Seperti
halnya madrasah diniyah yang lain, di ajarkan belajar baca Al-qur’an dari mulai
qiro’ati 1 berjenjang sampai dengan Alqur’an, Seminggu sekali diajarkan praktik
sholat secara langsung, serta bacaan-bacaan saat sholat, dan do’a-do’a yang
lainnya, Diajarkan diba’an (bersholawat kepada nabi, biasanya sebulan sekali).
Untuk pengajian Pengajian berupa pambacaan berjanji, sholawat bersama, ceramah,
tadarus dan zikir bersama yang di pimpin oleh ustadz.
Secara umum, topik dakwah yang disampaikan da’i adalah hal
yang berkaitan dengan peribadatan dan belum menyentuh topik-topik yang menyentuh masalah-masalah sosial
secara umum.
C.
Segmen Sasaran
Segmen sasaran dakwah yang dituju adalah masyarakat dukuh
Polaman itu sendiri, baik dari kalangan anak-anak maupun orang dewasa.
Bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memrtahankan adat dan
kebudayaannya yang didalamnya termasuk proses pengajian yang dilakuakan setiap
hari.
Selain masyarakat
di daerah itu sendiri, segmen sasran dakwah juga termasuk pada
masyarakat penziarah (pengunjung) dari luar daerah tersebut, yaitu dengan
menekankan dilarangnya praktik perdukunan dengan media papan pengumumn, baliho
ataupun melalui pengarahan.
D.
Respon Masyarakat
Banyak anak usia dini sudah dapat menghafalkan
bacaan-bacaan do’a Pembelajaran dengan metode satu persatu, mampu membuat
mereka lebih mengingat. Meskipun ini bukan madrasah diniyah yang mapan terorganisir,
akantetapi bertambahnya hari, semakin banyak anak-anak yang belajar madrasah
diniyah ini.Dalam hal pengajian harian, respon yang paling rendah adalah dari
kalangan bapak-bapak, hal ini dikarenakan pekerjaan mereka yang banyak menyita
waktu, seperti mengurus kebun dan sawah juga pekerjaan yang lain, Sedangkan
untuk ibu-ibu sudah cukup lumayan.
Masyarakat dengan rutin mengerjakan sholat lima
waktu secara berjamaah, walaupun tidak seluruhnya, namun dilihat dari hasil
observasi dan wawancara sebagian besar masyarakat memang banyak yang
mengahabiskan waktu-waktu shalat di masjid.
E.
Hasil Konkrit
Pengaruh dakwah dapat dilihat dari kehidupan
sehari-hari masyarakat.Untuk permasalahan teologis, memang sudah melekat pada
setiap individu-individu masyarakat dikarenakan adanya penempaan pengajaran
setiap harinya sehingga keagamisan masyarakat terjaga. Indikasinya dapat
dilihat pada anak-anak dan remaja yang
banyak mengamalkan doa-doa dan lain sebaginya dalam kegiatan sehari-harinya.
Terlepas dari indikasi, masuknya arus globalisasi
tidak dapat terelakan.Hal ini dapat dilihat dari segi style yang sudah
digunakan oleh sebagian remaja di dukuh Polaman. Da’i menekankan bahwa
pantangan-pantangan yang menjadi adat kebudayaan masyarakat semata-mata
dipatuhi untuk menghormati leluhur yang telah menerapkan nilai-nilai kemanusian
pada larangan-larangan tersebut bukan dijadiakan kepercayaan, bahwa yang
memberikan malapetaka adalah leluhur mereka yang sudah meninggal.
F.
Perubahan-perubahan yang Terjadi
Dengan berjalannya kegiatan dakwah dapat mengimbangi
pengaruh globalisasi yang masuk, sehingga masyarakat setempat walaupun sedikit
demi sedikit mulai mengikuti perkembangan zaman tapi tidak melupakan kebiasaan
mereka dalam kegiatan diniyah harian dan pengajian.
Dengan adanya pengajian setiap harinya dapat
mengeratkan kebersamaan antara masyarakat.
BAB VII KESIMPULAN
Dakwah
sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling
melengkapi proses pembangunan ekonomi. Pembangunan Sosial sebagai pendekatan
pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara
paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan
fisik sampai sosial, namun hal yang paling terpenting adalah bagaimana menjaga
tingkat kereligiusan sebagai modal utama dalam setiap aspek kehidupan.
Di
dukuh Polaman masyarakat di bimbing
dari awal masa yaitu anak-anak bertujuan agar kelak menjadi penerus dakwah di
masa mendatang, paling tidak dapat menjadi pribadi yang mampu memahami dirinya sebagai
mahluk ciptaan Tuhan, kemudian untuk pengajian di lakukan agar dapat memotivasi
para orang dewasa untuk dapat menata hidu yang lebih baik lagi.
BAB VIII PENUTUP
Demikian
laporan yang dapat kami buat, tentunya
masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan laporan ini, kami masih dalam
taraf belajar, maka dari itu mohon saran yang dapat memberikan perbaikan dalam
laporan ini, semoga dapat bermanfaat. Amiiinn.
DAFTAR
PUSTAKA
Robert H. Lauer. Perspektif
tentang perubahan sosial. (Jakarta : PT Asdi Mahasatya.2001) Hal 4
http://id.scribd.com/doc/58593137/Modul-Perubahan-Sosial
http://cakdalang.blogspot.com/2010/11/konsep-islam-tentang-perubahan-sosial.html
http://id.scribd.com/doc/40831677/HASIL-DISKUSI
Amrullah Achmad, Dakwah
Islam dan Perubahan Sosial.(Yogyakarta : Bidang Penerbitan PLP2M, 1985)
Hal.17