Daftar Blog Saya

Label

Jumat, 22 Maret 2013

ahklak kaum sufi



       I.            PENDAHULUAN
Di sadari atau tidak bahwa sekarang ini dunia mengalami kegalauan yang sangat memprihatinkan berupa mewabahnya penyakit mental atau yang di sebut krisis spiritual sebagai penyakit eksistensial. Dalam kemajuan zaman era globalisasi ini kegalauan mental adalah  suatu realitas yang terjadi karena adanya berbagai sebab , di antaranya kurangnya aktualisasi diri, yang mengabaikan sifat-sifat yang sebenarnya memang di butuhkan. Akhlak mulia yang menjadi titik focus. Di antara berbagai kaum, kaum sufi menjadi kaum yang di angggap paling mendalami, dan akhlak-akhlanya menjadi suatu perhatian yang sungguh-sungguh, akhlak-akhlak kaum sufi yang menjadi titik focus diantaranya adalah; tawadhu’, al-mudarah(lemah lembut),altruism(sikap mementingkan orang lain).

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimanakah tawadhu’ itu?
B.     Bagaimanakah al-mudarah(lemah lembut) itu?
C.     Bagaimanakah altuisme itu?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati,  tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya.[1] Orang yang tawadhu’  adalah orang  menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.  Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Firman Allah SWT yang terjemahannya:                                           
Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS: an-Nahl: 23)

Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan  segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.
Salah satu contoh dari sikap tawadhu’Rosul yaitu; beliau mau memenuhi undangan orang  tanpa pandang bulu, apakah ia berstatus orang merdeka atau budak dan berkenan menerima hadiah ,meskipun hanya seteguk susu atau sepotong paha keinci, lalu memakanya dan membalas hadiah tersebut. Beliau juga tidak sungkan-sungkan memenuhi undangan budak perempuan dan orang miskin[2]
B.     Al-mudarah(lemah lembut) berarti mengendalikan diri ketika berinteraksi bahkan ketika di sakiti oleh orang lain. Dalam hal ini kaum sufi ingin meneladani rosulullah yang di riwayatkan tidak pernah menyakiti seorangpun. Al-suhrawardi mengatakan “contoh kelemah lembutan rosulullah antara lain;beliau tidak pernah mencela makanan dan tidak pernah pula menghardik atau membentak pelayan. 
Diriwayatan oleh anas, ia bercerita,”sepuluh tahun aku pernah menjadi khadim(pelayan) Nabi, dan selama itu beliau tidak pernah pernah berkata uf(mengumpat) kepadaku. Kaum sufi menerapkan prilaku lemah lembut dalam kehidupan pribadi dan kehidupan umum mereka , atau dalam hubugan keluarga dan masyarakat. Al-suhrawardi mengatakan “bersikap lemah lembut terhadap istri anak, tetangga ,teman dan segenap manusia merupakan akhlak kaum sufi. Dengan sikap tabah menghadapi tindak menyakitkan dari orang lain, terhadap manusia tampaklah subtansi diri manusia,.subtansi manusia adalah akal dan subtansi akal adalah sabar.
Ketahuilan bahwa sesungguhnya bersiap lemah lebut kepada sesama itu merupaan perbuatan yang sangat terpuji. Siap semacam ini merupakan buah dari ahklak yang mulia . dan kebalikanya adalah sikap keras dan kasar ,Rosul SAW pernah bersabda kepada Aisyah yang artinya” sesungguhnya orang yang di karuniai sifat lembut ,berarti ia telah di beri kebaikan berupa kebaikan di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang tidak di karuniai sifat lembut pada dirinya berarti ia telah di halangi dari kebaikan di dunia dan akhirat. Nabi jga pernah berpesan “jika Allah mncintai sebuah keluarga maka Dia mengkaruniai kelembutn ke dalam hatinya”.[3]
C.     Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.[4]
kaum sufi menjalanan perilau altruism yaitu lebih mengutamakan orang lain dan berinteraksi social dengan memberikan pertolongan tanpa  pamrih kepada orang lain.menurut al- suhrawardi perilaku ini didorong oleh kasih sayang yang begitu besar dalam hati merea kepada makhluk (manusia) serta keimanan dan keyakinan yang menanap kuat di dada mereka. Dalam hal ini mereka bertata karma dengan tata karma al-qur’an .di riwyatkan dari Abdullah bin abbas ,”Rosul berbicara pda kaum anshor saat hari pengusiran kaum yahudi bani nadhir di madinah, jika mau kalian bisa berbagi sebagian harta dan rumah kalian dengan kaum muhajirin (dan sebagi balasanya) kalian bisa ambil bersama bersama mereka dalam harta rampasan ini.dan jika kita mau kalian boleh meiliki rumah dan harta kalian sendiri ,namun kami tidak akan member sedikitpun bagian dari pampasan perang ini’kaum anshor menjaab’ kami siap berbagi harta dan rumah kami dengan mereka ,dan lebih mengutamakan mereka dalam pembagian pampas an perang tanpa turut ambil bagian di dalam nya[5], serta merta turunlah firman ALLAH dalam QS Al Hasyr ;9 yang terjemahanya:
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS.Al Hasyr:9)
 IV.            KESIMPULAN
A.    Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati,  tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya.[6] Orang yang tawadhu’  adalah orang  menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.  Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah SWT.
B.     Al-mudarah(lemah lembut) berarti mengendalikan diri ketika berinteraksi bahkan ketika di sakiti oleh orang lain. Rosul SAW pernah bersabda kepada Aisyah yang artinya” sesungguhnya orang yang di karuniai sifat lembut ,berarti ia telah di beri kebaikan berupa kebaikan di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang tidak di karuniai sifat lembut pada dirinya berarti ia telah di halangi dari kebaikan di dunia dan akhirat.
C.     Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri
    V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan ,Tak ada gading yang tak retak, tentunya masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan ataupun dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat . Amiin


DAFTAR PUSTAKA
Nahrowi tohir moenir.,menjelajahi eksistensi tasawuf (PT.As-Salam Sejahtera,Jakarta:2012)
               
Al-Ghazali. Ringkasan ihya ulumuddin .(AKBAR. Jakarta:2009)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas .Batson, D., & Ahmad, N. (2008). Altruism: Myth or Reality?. In-Mind Magazine, 6.

Dewi Yanahttp://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/06/09/tawadhu-rendah-hati/
               


[1] Dewi Yanahttp://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/06/09/tawadhu-rendah-hati
[2] Moenir Nahrowi tohir,menjelajahi esistensi tasawuf,(PT as-salam sejahtera Jakarta selatan:2012). hlm 161
[3] Al-Ghazali. Ringkasan ihya ulumuddin .(AKBAR. Jakarta:2009) hlm 288

[4] Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Batson, D., & Ahmad, N. (2008). Altruism: Myth or Reality?.In-Mind Magazine, 6.
[5] Ibid moenir. Hlm 164
[6] Dewi Yanahttp://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/06/09/tawadhu-rendah-hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar