I.
PENDAHULUAN
Di sadari atau tidak bahwa sekarang
ini dunia mengalami kegalauan yang sangat memprihatinkan berupa mewabahnya
penyakit mental atau yang di sebut krisis spiritual sebagai penyakit
eksistensial. Dalam kemajuan zaman era globalisasi ini kegalauan mental adalah suatu realitas yang terjadi karena adanya
berbagai sebab , di antaranya kurangnya aktualisasi diri, yang mengabaikan
sifat-sifat yang sebenarnya memang di butuhkan. Akhlak mulia yang menjadi titik
focus. Di antara berbagai kaum, kaum sufi menjadi kaum yang di angggap paling
mendalami, dan akhlak-akhlanya menjadi suatu perhatian yang sungguh-sungguh,
akhlak-akhlak kaum sufi yang menjadi titik focus diantaranya adalah; tawadhu’,
al-mudarah(lemah lembut),altruism(sikap mementingkan orang lain).
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimanakah
tawadhu’ itu?
B.
Bagaimanakah
al-mudarah(lemah lembut) itu?
C.
Bagaimanakah
altuisme itu?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati,
tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak
melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya.[1]
Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya
tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan
merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan
prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati
dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga
keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Firman Allah
SWT yang terjemahannya:
“Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong”. (QS: an-Nahl: 23)
Tanda
orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka
semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin
bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap
kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap
kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk
membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka
semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai
kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena orang
yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari
Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.
Salah
satu contoh dari sikap tawadhu’Rosul yaitu; beliau mau memenuhi undangan
orang tanpa pandang bulu, apakah ia
berstatus orang merdeka atau budak dan berkenan menerima hadiah ,meskipun hanya
seteguk susu atau sepotong paha keinci, lalu memakanya dan membalas hadiah
tersebut. Beliau juga tidak sungkan-sungkan memenuhi undangan budak perempuan
dan orang miskin[2]
B.
Al-mudarah(lemah lembut) berarti mengendalikan
diri ketika berinteraksi bahkan ketika di sakiti oleh orang lain. Dalam hal ini
kaum sufi ingin meneladani rosulullah yang di riwayatkan tidak pernah menyakiti
seorangpun. Al-suhrawardi mengatakan “contoh kelemah lembutan rosulullah antara
lain;beliau tidak pernah mencela makanan dan tidak pernah pula menghardik atau
membentak pelayan.
Diriwayatan
oleh anas, ia bercerita,”sepuluh tahun aku pernah menjadi khadim(pelayan) Nabi,
dan selama itu beliau tidak pernah pernah berkata uf(mengumpat) kepadaku. Kaum
sufi menerapkan prilaku lemah lembut dalam kehidupan pribadi dan kehidupan umum
mereka , atau dalam hubugan keluarga dan masyarakat. Al-suhrawardi mengatakan
“bersikap lemah lembut terhadap istri anak, tetangga ,teman dan segenap manusia
merupakan akhlak kaum sufi. Dengan sikap tabah menghadapi tindak menyakitkan
dari orang lain, terhadap manusia tampaklah subtansi diri manusia,.subtansi
manusia adalah akal dan subtansi akal adalah sabar.
Ketahuilan
bahwa sesungguhnya bersiap lemah lebut kepada sesama itu merupaan perbuatan
yang sangat terpuji. Siap semacam ini merupakan buah dari ahklak yang mulia .
dan kebalikanya adalah sikap keras dan kasar ,Rosul SAW pernah bersabda kepada
Aisyah yang artinya” sesungguhnya orang yang di karuniai sifat lembut ,berarti
ia telah di beri kebaikan berupa kebaikan di dunia dan di akhirat. Sedangkan
orang yang tidak di karuniai sifat lembut pada dirinya berarti ia telah di
halangi dari kebaikan di dunia dan akhirat. Nabi jga pernah berpesan “jika
Allah mncintai sebuah keluarga maka Dia mengkaruniai kelembutn ke dalam
hatinya”.[3]
C.
Altruisme adalah perhatian terhadap
kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini
merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu
keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri
sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.[4]
kaum sufi menjalanan perilau altruism yaitu lebih mengutamakan
orang lain dan berinteraksi social dengan memberikan pertolongan tanpa pamrih kepada orang lain.menurut al-
suhrawardi perilaku ini didorong oleh kasih sayang yang begitu besar dalam hati
merea kepada makhluk (manusia) serta keimanan dan keyakinan yang menanap kuat
di dada mereka. Dalam hal ini mereka bertata karma dengan tata karma al-qur’an
.di riwyatkan dari Abdullah bin abbas ,”Rosul berbicara pda kaum anshor saat
hari pengusiran kaum yahudi bani nadhir di madinah, jika mau kalian bisa
berbagi sebagian harta dan rumah kalian dengan kaum muhajirin (dan sebagi
balasanya) kalian bisa ambil bersama bersama mereka dalam harta rampasan
ini.dan jika kita mau kalian boleh meiliki rumah dan harta kalian sendiri ,namun
kami tidak akan member sedikitpun bagian dari pampasan perang ini’kaum anshor
menjaab’ kami siap berbagi harta dan rumah kami dengan mereka ,dan lebih
mengutamakan mereka dalam pembagian pampas an perang tanpa turut ambil bagian
di dalam nya[5],
serta merta turunlah firman ALLAH dalam QS Al Hasyr ;9 yang terjemahanya:
” Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah
dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang
beruntung” (QS.Al Hasyr:9)
IV.
KESIMPULAN
A.
Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati,
tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat
diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya.[6]
Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya
tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan
merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan
prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati
dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga
keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah SWT.
B.
Al-mudarah(lemah lembut) berarti mengendalikan
diri ketika berinteraksi bahkan ketika di sakiti oleh orang lain. Rosul SAW
pernah bersabda kepada Aisyah yang artinya” sesungguhnya orang yang di karuniai
sifat lembut ,berarti ia telah di beri kebaikan berupa kebaikan di dunia dan di
akhirat. Sedangkan orang yang tidak di karuniai sifat lembut pada dirinya
berarti ia telah di halangi dari kebaikan di dunia dan akhirat.
C.
Altruisme adalah perhatian terhadap
kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami
sajikan ,Tak ada gading yang tak retak, tentunya masih banyak kekurangan baik
dari segi penulisan ataupun dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami
berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat . Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Nahrowi tohir moenir.,menjelajahi eksistensi tasawuf
(PT.As-Salam Sejahtera,Jakarta:2012)
Al-Ghazali. Ringkasan ihya ulumuddin .(AKBAR.
Jakarta:2009)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas .Batson, D., & Ahmad, N. (2008). Altruism: Myth or Reality?. In-Mind Magazine, 6.
Dewi Yanahttp://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/06/09/tawadhu-rendah-hati/
[1] Dewi Yanahttp://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/06/09/tawadhu-rendah-hati
[2] Moenir Nahrowi tohir,menjelajahi esistensi tasawuf,(PT
as-salam sejahtera Jakarta selatan:2012). hlm 161
[4] Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Batson, D., & Ahmad,
N. (2008). Altruism: Myth or Reality?.In-Mind Magazine, 6.
[5]
Ibid moenir. Hlm 164
[6] Dewi Yanahttp://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/06/09/tawadhu-rendah-hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar